Minggu, 10 Maret 2019

Golem

GOLEM


Golem adalah sejenis monster dalam cerita rakyat kaum Yahudi. Golem berbentuk seperti manusia dengan ukuran rasaksa, terbuat dari tanah liat, kayu ataupun batu, lalu dihidupkan oleh orang yang membuatnya. Begitu hidup, golem bertindak sebagai penjaga dan pelindung bagi majikan yang menghidupkannya dan dia tunduk pada semua perintah majikannya.
Sayangnya, golem juga selalu tumbuh semakin besar dan semakin kuat dari hari ke hari. Inilah bahayanya kalau golem sudah menjadi terlalu besar, dia menjadi liar dan merusak. Penciptanya harus menghancurkannya kemudian ia membuatnya lagi sebelum golem menjadi lepas kendali dan membahayakan semua orang.


Dalam sebagian besar cerita mengenai golem, golem-golem dibuat oleh para rabbi. Gagasan yang ada dalam cerita-cerita itu, rabbi adalah bahwa sosok manusia yang suci, karena kedekatannya kepada Tuhan, bisa memiliki kekuatan yang mendekati Tuhan; meskipun demikian, karena para rabbi bukanlah Tuhan, maka mahluk yang ia ciptakan  memiliki bentuk dan kecerdasan yang lebih rendah dari manusia serta tidak memiliki kehendak bebas. Konon Golem tidak bisa berbicara, hal ini mengindikasikan bahwa jiwanya tidaklah sempurna.


Banyak cerita-cerita tentang golem berasal dari Abad Pertengahan. Pada masa tersebut, golem umumnya digambarkan sebagai pembela kaum Yahudi. Golem bisa saja jahat dan menakutkan, namun biasanya golem digambarkan sebagai pihak yang berada di golongan putih. Selain itu, seorang rabbi yang memiliki golem sebagai pelayannya dianggap telah mencapai tingkat kesucian tertinggi.


Dalam beberapa legenda mengenai golem, monster ini diaktifkan dengan menuliskan semacam mantra keramat di keningnya atau di atas sebuah lempeng tanah liat atau di secarik kertas yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Dalam kisah golem yang tertulis pertama kali, yang terdapat dalam kumpulan cerita rakyat Yahudi di tahun 1847, golem bergerak dengan menuliskan Emet atau “kebenaran” di kening golem tersebut. Menghapuskan huruf pertama akan mengubah kata itu menjadi Met yang berarti “mati” dan menjadikan golem itu kembali menjadi tanah liat yang mati.


Selanjutnya di abad kesembilanbelas, golem mulai memasuki ranah cerita dan literature Eropa Barat. Dalam kisah-kisah Kristiani, golem mengalami perubahan penggambaran dan disebut-sebut sebagai simbol bahaya dari kesombongan dan kekuasaan yang berlebihan dalam melawan sihir hitam. Kisah-kisah abad kesembilan belas mengenai golem seringkali menceritakan bagaimana pencipta golem kehilangan kendali atas mahluk ciptaannya tersebut atau bagaimana golem akhirnya mengubah watak penciptanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar